A.
DEFINISI
LIFT DAN PERSAMAANNYA
Gaya Lift atau biasa disebut gaya angkat adalah gaya yang mengangkat suatu benda keatas yang terjadi karena tekanan dibawah benda lebih besar daripada tekanan diatas benda. Gaya angkat ini sebagian besar ditimbulkan
pada sayap pesawat terbang dan biasanya digunakan untuk melawan gaya gravitasi
bumi yang masih menarik pesawat tersebut ke arah bawah.
Gaya angkat yang dalam hal ini dikhususkan pada gaya angkat sayap dapat
timbul jika suatu sayap pesawat terbang bergerak di dalam suatu fluida yang
dalam hal ini udara. Udara yang mengalir melalui bagian atas sayap bergerak
lebih cepat daripada udara yang mengalir di bagian bawah sayap. Hal ini
menyebabkan tekanan yang terjadi pada bagian atas sayap lebih rendah daripada
tekanan yang terjadi di bagian bawah.
Perbedaan tekanan yang terjadi pada kedua permukaan sayap itulah yang
menyebabkan sayap mengalami gaya angkat yang arahnya dari bagian bawah sayap ke
bagian atas sayap. Gaya angkat yang terjadi pada sebuah sayap pesawat terbang
prinsipnya akan lebih besar jika sayap yang akan digunakan untuk menimbulkan
gaya angkat tersebut lebih besar pula.
Disamping itu dari hasil penelitian, gaya angkat tersebut dipengaruhi
pula oleh sudut yang dibuat oleh penampang sayap dan besarnya berbanding lurus
dengan kuadrat kecepatan fluida yang mengalir di sekitar sayap tersebut. Secara
mudahnya, gaya angkat pesawat dapat dirumuskan sebagai berikut.
FL
= Cl ρ/2 V^2A
Keterangan :
FL
= Gaya angkat (N)
CL
= Koefisien gaya lift
ρ =
Massa jenis fluida (kg/m3)
V = Kecepatan aliran
fluida (m/s)
A = Luas permukaan
benda (m2)
Tekanan
yang dihasilkan pada percobaan lift, diantaranya yaitu:
1.
Tekanan Statis
Tekanan
statis adalah tekanan yang tegak lurus terhadap aliran fluida, dimana
kecepatannya (v) konstan. Bila mengukur
tekanan ini harus dijaga agar alirannya tidak terganggu.Cara yang paling tepat
untuk melakukan hal ini adalah dengan mengukur melalui sebuah lubang didepan.
2. Tekanan
Stagnasi
Tekanan
stagnasi adalah tekanan yang searah dengan arah aliran fluidanya dimana
kecepatannya mendekati nol (v ≈ 0). Untuk mengukur tekanan ini, ditempat aliran
itu diperlambat hingga v = 0 m/s. Selisih antara Pstag dan Pstatis ditentukan
sebagai ukuran kecepatan alirannya.
B.
DEFINISI
KOEFISIEN LIFT DAN PERSAMAANNYA
Koefisien
lift adalah sebuah fungsi dari
parameter tak berdimensi yang menunjukkan besarnya gaya lift yang bekerja pada suatu benda yang dialiri oleh fluida.
koefisien lift sangat dipengaruhi
oleh bentuk benda. Koefisien lift dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Cd = FL/0.5 ρv^2A
Dimana:
CL = Koefisien Lift
V = Kecepatan fluida (m/s)
A = Luas permukaan benda (m2)
FL = Gaya lift (N)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
Koefisien gaya angkat
maksimum adalah harga CLmax tertinggi yang dihasilkan
oleh sayap pada posisi angle
of attack maksimum. Jika angle
of attack maksimum dilewati, maka akan terjadi kehilangan koefisien gaya
angkat yang berarti sayap mengalami kehilangan gaya angkat yang
disebut stall. Harga CLmax merupakan faktor penting dari kinerja
airfoil, karena menentukan besarnya
kecepatan stall pesawat. Kecepatan stall adalah
kecepatan yang dicapai pada posisi CLmax . Pada saat
terbang straight dan
level (terbang lurus dan datar), lift (L) sama dengan berat pesawat,
sehingga :
CLmax
L = W
= 0.5 ρ V2 S CL
C. AERONAUTIKA
Aeronautika ( dari bahasa
Yunani, aero yang berarti “udara” dan nautika yang berarti “navigasi” di udara
) adalah ilmu yang terlibat
dalam pengkajian, perancangan, dan pembuatan mesin-mesin berkemampuan terbang,
atau teknik-teknik pengoperasian pesawat terbang dan roket di atmosfer. Sebelumnya orang-orang Indonesia mengenal
dengan nama Teknik Penerbangan (Aviation Engineering). Namun nama ini tidak
global, sehingga digunakanlah istilah Aeronautika (Aeronautics) dan
Astronautika (Astronautics) atau Teknik Dirgantara (Aerospace Engineering).
Tapi istilah Teknik Penerbangan masih digunakan di Indonesia karena alasan
sejarah.
Aeronautika
sangat berkaitan dengan Aerodinamika karena dalam perancangan mesin-mesin
berkemampuan terbang seperti pesawat terbang, harus di perhatikan bagaimana
pemanfaatan udara oleh sayap pesawat sehingga pesawat tersebut dapat
menghasilkan gaya lift yang cukup untuk terbang. Dalam perancangan pesawat,
bentuk dari pesawat sangat berpengaruh terhadap efek yang diberikan udara ke
pesawat sehingga ilmu yang mempelajari gerak benda dalam udara yaitu
aerodinamika sangat diperlukan.
D. GAYA-GAYA PADA PESAWAT TERBANG
Beberapa
hal yang mempengaruhi kinerja dari pesawat dalam suatu penerbangan adalah
gaya-gaya yang bekerja pada pesawat itu sendiri. Berikut ini adalah gaya-gaya
yang bekerja pada pesawat terbang :

1.
Thrust adalah gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin (power plant)/baling-baling. Gaya ini kebalikan dari
gaya tahan (drag). Sebagai aturan umum, thrust beraksi parallel dengan sumbu
longitudinal yang mendorong pesawat untuk menciptakan kecepatan aliran udara
pada sayapnya.
2.
Drag adalah gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh
gangguan aliran udara oleh sayap, fuselage, dan objek-objek lain. Drag
kebalikan dari thrust, dan beraksi kebelakang parallel dengan arah angin
relatif.

D = Cd S V

Keterangan
:
D = Drag (gesekan
udara)
Cd
=
Coefisien drag
r = Rapat massa udara
S = Luas sayap
V = Kecepatan relatif
3.
Weight (gaya berat) adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri,
awak pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik pesawat ke
bawah karena gravitasi. Weight melawan lift (gaya angkat) dan beraksi secara
vertical ke bawah sesuai dengan arah pusat bumi.
4.
Lift (gaya angkat) adalah melawan gaya dari weight dan dihasilkan oleh
efek dinamis dari udara yang beraksi di sayap dan beraksi tegak lurus pada arah
penerbangan melalui center of lift dari sayap.

L = Cl V
S

Keterangan :
L
= Gaya angkat sayap
Cl = Koefisien gaya lift yg dipengaruhi oleh sudut
landa terhadap udara
r = Rapat massa udara
V = Kecepatan aliran udara terhadap sayap
S = Luas sayap
Sesuai dengan hukum Bernoulli, pesawat akan
terbang ketika gaya angkat yang dihasilkan oleh sayap pesawat tersebut lebih
besar dari gaya berat pesawat. Lift yang dihasilkan oleh saya pesawat itu tidak
lepas dari kecepatan pesawat dilandasan, pesawat harus menghasilkan aliran
fluida dengan kecepatan tertentu pada sayapnya, dimana kecepatan udara dibagian
bawah sayap lebih kecil dari pada bagian atas pesawat sehingga akan gaya tekan
dibawah sayap lebih besar dari pada di atas sayap dan terjadilah lift yang akan
membuat pesawat menjadi terbang.
E. AIRFOIL DAN NOMENKLATUR
Airfoil adalah bentuk
dari suatu sayap pesawat yang dapat menghasilkan gaya angkat (lift)
atau efek aerodinamika ketika melewati suatu aliran udara. Airfoil
merupakan bentuk dari potongan melintang sayap yang dihasilkan oleh perpotongan
tegak lurus sayap terhadap pesawat, dengan kata lain airfoil merupakan
bentuk sayap secara dua dimensi seperti pada gambar.

Gambar 3. Nomenklatur Airfoil
Dari gambar Nomenkelatur Airfoil diatas, dapat dijelaskan lebih rinci
sebagai berikut :
1. Leading
edge merupakan
bagian permukaan paling depan dari airfoil.
2. Trailing
edge merupakan
bagian permukan paling belakang dari airfoil.
3. Mean
chamber linemerupakan
garis pertengahan yang membagi antara permukaan bagian atas dan permukaan
bagian bawah dari airfoil.
4. Chord
line merupakan
garis lurus yang menghubungkan leading
edge dan trailing edge.
5. Chord merupakan
perpanjangan dari chord line
mulai dari leading edge hingga trailing edge. Dengan kata lain, chord adalah karakteristik dimensi longitudinal dari suatu airfoil.
6.
Maximum chamber merupakan
jarak antara mean chamber line
dengan chord line. Maximum
chamber membantu mendefinisikan bentuk dari mean chamber line.
7. Maximum thickness merupakan
ketebalan maksimum dari suatu airfoil, dan menunjukkan persentase dari
chord. Maximum thickness membantu mendefinisikan bentuk dari airfoil
dan juga performa dari airfoil tersebut.
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Menurut bentuknya airfoil dapat dibedakan menjadi
dua bagian utama yaitu :
1. Airfoil
Simetris :

Gambar 4.Airfoil
simetris
Dari kurva di atas, dapat dilihat bahwa
besarnya koefisien lift (CL) berbanding lurus dengan besar sudut
serang (α) dari titik (0.0) hingga batas koefisien lift maksimum. Setelah itu,
nilai koefisien lift semakin menurun.
2. Airfoil
berpunggung :

Gambar 5.Airfoil
berpunggung
Dari kurva di atas, dapat dilihat bahwa
semakin besar koefisien lift (CL), maka semakin besar pula sudut
serang yang terjadi dari titik (αL-0). Setelah nilai koefisien lift
mencapai batas maksimum, maka perlahan nilai koefisien lift mulai menurun.
Pada
pengukuran bentuk airfoil dikenal istilah chamber dan korda. Chamber adalah
garis yang membagi dua bentuk airfoil sama rata sedangkan korda adalah garis
yang menghubungkan ujung depan airfoil dengan ujung belakan airfoil.

Gambar 6.Chamber
dan korda
F.
NACA
DAN JENIS-JENISNYA
NACA atau Sayap merupakan suatu
bagian paling penting/vital pada sebuah pesawat terbang, sebab dari bagian
inilah dihasilkan daya angkat yang menyebabkan pesawat itu dapat terbang.
Gambar 7.Sayap Pesawat
Apabila
kita memotong sayap dalam arah tegak lurus terhadap panjangnya, kita akan
menjumpai suatu bentuk penampang dalam dunia penerbangan dikenal dengan sebuah
airfoil sayap. Bentuk airfoil inilah yang nantinya akan sangat menentukan
karakteristik penerbangan sebuah pesawat terbang. Oleh karena itu, sekarang
kita akan mengenal terlebih dahulu secara kilas beberapa bentuk airfoil,
terutama yang nantinya akan dipakai pada pesawat terbang model.
Gambar 8.Airfoil pada sayap pesawat
Bentuk airfoil yang digunakan dalam
aeromodeling pada umumnya adalah serupa dengan airfoil yang dipergunakan pada
pesawat terbang yang sesungguhnya yaitu sama-sama berasal dari penelitian dan
pengembangan yang dilakukan oleh para ahli Aerodinamika di seluruh dunia.
Model
airfoil yang dikeluarkan oleh lembaga penerbangan Amerika NACA, atau lebih
dikenal sekarang dengan sebutan NASA dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 9.Model-model airfoil pada pesawat
Sumber:http: //panggih15.wordpress.com/2010/02/03/naca-airfoil/
Untuk
sebuah pesawat terbang layang seperti glidder,
chuckglidder dan sebagainya
mengutamakan faktor melayang dengan sebaik-baiknya, biasanya digunakan airfoil
NACA 6312 (12% flat bottom), ataupun
NACA 7408.Untuk menginginkan kelincahan, terutama untuk pesawat model aerobatic
seperti halnya control line aerobatic ataupun radio control aerobatic, kita
akan memilih airfoil NACA 0017 sampai dengan 0020. Dan untuk pesawat terbang
yang memiliki kecepatan seperti halnya radio control race, control line racing
dan beberapa pesawat terbang combat, kita memilih jenis airfoil mungkin tipe
seperti NACA 0010 misalnya.

Gambar 10. .Model-model airfoil pada pesawat dari tahun ke tahun
Pesawat
model radio control yang menggunakan motor biasanya akan kita pasangi sayap
yang ber airfoil semi simetris dengan ketebalan sekitar 12%, seperti halnya
NACA 4312 ataupun NACA 4512.
Berikut
adalah identifikasi angka-angka dari seri NACA tersebut :
1. Seri “ Satu “
a. Angka pertama adalah menunjukkan
serinya.
b. Angka kedua menunjukkan letak
tekanan minimum dalam persepuluh chord dari trailing edge.
c. Angka ketiga menunjukkan koefisien
gaya angkat (cl) rancangan dalam persepuluh chord.
d. Dua angka terakhir menunjukkan
maximum thicknes atau ketebalan maksimum dalam perseratus chord.
Contoh airfoil
dengan NACA 16-123, angka 1 adalah serinya (seri satu angka),
memiliki letak tekanan minimum 60 % chord dari trailing edge, memiliki
koefisien gaya angkat rancangan 0.1 dan mempunyai ketebalan maksimum 23 %
chord.

Gambar
11. Airfoil NACA seri “satu”
2. Seri
“enam”
a. Angka pertama menunjukkan serinya.
b. Angka kedua menunjukkan letak
tekanan minimum dalam sepersepuluh chord dari trailing edge.
c. Angka ketiga menunjukan koefisien
gaya angkat (cl) rancangan dalam sepersepuluh chord.
d. Dua angka terakhir adalah maksimum
thickness dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA 65-218, angka
6 adalah serinya (seri enam angka), tekanan minimum terjadi pada 0.5c untuk
distribusi tebal simetrik/dasar pada gaya angkat nol, memiliki koefisien gaya
angkat rancangan cl 0.2c, dan tebal maksimum 18% chord. Airfoil
jenis ini dirancang sebagai airfoil laminar untuk kecepatan tinggi, dirancang
untuk menghasilkan clmax yang tinggi dan cd yang
lebih rendah pada cl yang tinggi.

Gambar
12. Airfoil NACA seri “enam”
3. Seri “empat angka”
a. Angka pertama adalah maksimum camber
dalam perseratus chord.
b. Angka kedua adalah posisi maksimum
camber pada chord line dalam sepersepuluh chord dari leading edge.
c. Dua angka terakhir dalam maksimum
thickness dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA
2412 (seri empat angka) memiliki camber maksimum 0.02c terletak di 0.4c dari
leading edge, dan maximum thickness atau tebal maksimum 0.12c. Dalam praktek,
umumnya angka-angka ini dinyatakan dalam persen tali busur, yaitu : camber 2%
di 40% c dengan tebal 12%.

Gambar
13.
Airfoil NACA seri “empat angka”
4. Seri “lima angka”
a. Bila angka pertama dikalikan 3/2
memberikan koefisien gaya angkat (cl) rancangan dalam sepersepuluh.
b. Dua angka berikutnya, bila dibagi
dua menunjukan letak maksimum camber di chord line dalam seperseratus chord
diukur dari leading edge.
c. Dua angka terakhir menunjukan
maksimum thickness dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA
23012, memiliki koefisien gaya angkat rancangan 0.3, chamber maksimum terletak
di 0.15c, dan tebal maksimum 0.12c. Koefisien gaya angkat rancangan adalah
koefisien gaya angkat teoritis airfoil dengan arah aliran bebas sejajar dengan
garis singgung mean chamber line di leading edge.

Gambar
14. Airfoil NACA seri “lima angka”
G.
PERISTIWA
STALL
Peristiwa
stall pada airfoil sangat penting dan harus diperhatikan pada perancangan
pesawat terbang, rotor helikopter, dan propeller.
Terjadinya gradien
tekanan yang negatif akan menyebabkan adanya kecenderungan lapisan batas
memisahkan diri dari permukaan airfoil. Maka apabila sudut serang bertambah
besar, gradien tekanan yang negatif tersebut menjadi semakin kuat, sehingga
pada harga α tertentu (sudut serang ‘stall’)aliran
udara akan terlepas dari permukaan atas airfoil. Jika terjadi pemisahan
(separasi), besarnya gaya angkat akan turun dengan cepat dan tahanan (drag)tiba-tiba naik, seperti yang ditunjukkan oleh titik B pada Gambar.

Gambar 15. Aliran melalui airfoil
dalam keadaan stol (stall)
Ada 3 jenis stol (stall), yaitu;
1.
Stol kecepatan rendah,
terjadi pada saat tinggal landas atau pada waktu mendarat; dalam hal ini
terjadi separasi pada sudut serang α yang tinggi atau pada CL yang
tinggi);
2. Stol
kecepatan cepat, “accelerated stall”,
(terjadi karena kenaikan sudut serang α secara tiba-tiba, kebanyakan dialami
oleh airfoil dengan tepi depan yang tajam).
3. Stol
kecepatan tinggi, (separasi yang terjadi karena gelombang kejut).
Proses
stall dapat kita lihat pada saat penambahan sudut serang pada keadaan maksimum,
dimana ketika airfoil telah mencapai sudut serang maksimum dan masih juga
terjadi penambahan sudut serang maka besar gaya angkat yang terjadi akan
menurun dan tahanannya akan naik yang diakibatkan oleh adanya pemisahan aliran
pada lakukan yang dibentuk oleh airfoil itu sendiri. Sehingga pada bagian
belakang airfoil akan mengalami turbulensi, yaitu aliran udara yang tidak teratur
/ bergolak sehingga keseimbangan dari airfoil akan berkurang oleh karena pada
bagian belakang atas airfoil mendapat tekanan yang tak menentu dan lebih besar
dibandingkan bagian belakang bawahnya. Maka airfoil pun cenderung untuk
terdorong kebawah karena kurangnya gaya angkat yang dimilikinya.
Udara
yang seharusnya mengikuti lekukan dari bentuk airfoil menjadi tidak teratur
karena posisi airfoil yang melampaui sudut serangnya itulah sehingga terjadi
turbulensi. Gejala turbulensi ini dapat mengakibatkan airfoil menjadi tidak
aerodinamis sehingga untuk pesawat terbang dapat terjatuh atau berputar-putar.
Untuk itulah pada bentuk airfoil tipe NACA 0010 memilki sudut serang maksimum
10 derajat. Karena bentuk airfoilnya yang simetris . Berbeda halnya untuk airfoil
berpunggung yang bentuknya tidak simetris, memiliki kemampuan sudut serang yang
jauh lebih besar hingga mencapai 90 derajat.
H.
EFEK
MAGNUS
Efek Magnus adalah suatu fenomena yang
terjadi pada semua benda yang berbentuk bola yang bergerak dengan kecepatan (v)
dan dalam kondisi berputar dengan kecepatan sudut tertentu (ω). Bola yang
bergerak tersebut akan memiliki kecepatan relatif dengan udara disekitarnya,
sehingga udara tersebut seakan-akan bergerak berlawanan arah dengan arah
kecepatan bola itu. Kondisi ini juga berlaku kebalikan, jika bola tersebut
hanya berputar namun terdapat angin (udara sekitarnya bergerak) dengan
kecepatan tertentu, maka efek magnus ini juga akan terjadi. Membeloknya bola akibat perbedaan tekanan udara ini sering disebut
efek magnus untuk
menghormati Gustav Magnus tahun 1852.
Besar gaya dari efek Magnus yaitu :
FL = CL r D3 fv
Dimana:
CL =
koefisien lift
r = kerapatan udara
D = diameter bola
F = frekuensi spin bola
v = kecepatan bola
Gambar
16. Ilustrasi dari efek
magnus
Pada prinsipnya, efek
magnus ini adalah aplikasi dari hukum Bernoulli namun dalam lingkup khusus.
Sehingga rumusan yang digunakan untuk kalkulasinya pun sama yaitu :
(P + ½ ρv2 + ρgh)1 = (P
+ ½ ρv2 + ρgh)2
Untuk persamaan ini,
dimisalkan bagian kiri untuk sisi bola yang searah dengan kecepatan fluida dan
bagian kanan untuk sisi bola yang berlawanan dengan kecepatan fluida. Pada sisi
bola yang searah dengan arah kecepatan fluida, kecepatannya (v1)
akan lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan sisi bola (v2) yang berlawanan
dengan arah kecepatan fluida.
Kemudian
dengan menganggap tinggi kedua sisi nya sama (h1 = h2),
maka akan diperoleh tekanan pada sisi bola yang searah dengan kecepatan fluida
(P1) akan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan pada sisi bola
yang berlawanan dengan arah kecepatan fluida (P2). Dengan luasan pada
kedua sisi bola yang sama, maka akan timbul gaya menuju sisi bola yang
tekanannya lebih rendah. Itulah mengapa semua benda berbentuk bola yang
mendapatkan treatment seperti ini akan menghasilkan gerakan yang
melengkung.
I.
ANGLE
OF ATTACK
Dalam dinamika fluida,
Angle of Attack (Sudut Serang) adalah sudut antara garis referensi pada
tubuh (sering chord line dari airfoil )
dan vektor yang mewakili gerakan relatif
antara tubuh dan cairan melalui yang bergerak.
Dalam aerodinamika , angle of attack menentukan sudut
antara garis chord sayap dari pesawat sayap
tetap dan
vektor yang mewakili gerakan relatif antara pesawat dan atmosfer. Karena sayap dapat memiliki twist,
garis chord seluruh sayap mungkin tidak didefinisikan, sehingga garis referensi
alternatif hanya didefinisikan. Seringkali,
chord line dari akar sayap terpilih sebagai garis referensi. Pilihan lain adalah dengan menggunakan
garis horizontal pada badan pesawat sebagai garis referensi dan juga sebagai
sumbu longitudinal. Beberapa penulis tidak
menggunakan chord lin sewenang-wenang, tetapi menggunakan sumbu angkat nol bukan zero angle of attack sesuai dengan
nol koefisien lift.

Gambar 17. Angle of Attack
Beberapa penulis Inggris telah
menggunakan istilah sudut insiden bukan angle
of attack. Namun, hal ini
dapat menyebabkan kebingungan dengan istilah sudut riggers insiden, berarti sudut antara chord aerofoil
dan beberapa datum tetap di pesawat.

Gambar 18. Angle of Attack Pesawat
Sumber : www.cybermodeler.com
5 komentar
Thanx for the information.
123.hp.com/setup 4512 | 123 HP envy4512
Muantabb bener mas👍👍👍👍
Dear : Custumer Import & Domestics
Kami dari PT. TWIN Logistics mengajukan penawaran kerjasama dalam bidang pengurusan barang Import RESMI & BORONGAN.
Services Kami,
Customs Clearance Import sistem Resmi maupun Borongan
Penanganan secara Door to Door ASIA & EROPA Sea & Air Service
Penyediaan Legalitas Under-Name (Penyewaan Bendera Perusahaan)
Pengiriman Domestik antar pulau seluruh Indonesia laut dan Udara atau Darat.
Berikut Attecment terlampir.
Terima kasih atas kepercayaan kepada kami, semoga kerjasamanya berjalan dengan lancar.
Jika ada yang inggin dipertayakan, silahkan hubunggi kami di Nomor Phone : +62 21 8498-6182, 8591-7811 Whatssapp : 0819-0806-0678 E-Mail : andijm.logistics@gmail.com
Best Regards,
Mr. Andi JM
Hp Whatssapp : 0819-0806-0678 / 0813-8186-4189
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = =
PT. TUNGGAL WAHANA INDAH NUSANTARA
Jl. Raya Utan Kayu No.105 B Jakarta Timur 13120 Indonesia
Phone : +62 21 8498-6182, 8591-7811 Fax : +62 21 8591-7812
Email : andijm.logistics@gmail.com, cs@twinlogistics.co.id
Web : www.twinlogistics.co.id
bertanya gan, mhon info untuk besaran koefisien lift (Cl) dan joefisien drag (Cd) dari foil NACAAO 312 milik helikopter seri EC 725 super cougar. terimakasih
EmoticonEmoticon